Mega Pilar Pictures Hadirkan Keseruan Film Drama Komedi ‘Kapal Goyang Kapten’

Jakarta – Film Kapal Goyang Kapten, karya Mega Pilar Pictures, Roni Parini sebagai produser dan Raymond Handaya sebagai sutradara dan produser juga, Muhadey Acho dan Awwe sebagai penulis skenario.

Proses produksi film ‘Kapal Goyang Kapten’ selama 18 hari syuting dan semua lokasi yang digunakan berada di provinsi Maluku, pulau Ambon dan kepulauan Tual, Maluku Tenggara.

Alasan memiih Maluku karena disana terdapat banyak pulau dan pantai yang indah, sehingga cocok dengan kebutuhan lokasi yang ada dalam skenario film ini.

Selain juga ingin memperlihatkan bahwa masih banyak tempat-tempat indah yang ada di Indonesia. Proses syuting secara garis besar cukup menantang karena setiap hari para pemain dan kru harus naik kapal kecil dari pelabuhan menuju ke sebuah pulau kosong. Yang mana pulau kosong yang di gunakan dalam syuting film ini benar-benar kosong tidak berpenghuni.

Keharusan berada di Pulau yang kosong dan harus bolak balik dengan kapal kecil setiap hari sempat menjadi kendala buat para pemain maupun kru di awal-awal syuting karena tidak semua orang bisa berenang, juga tidak semua orang terbiasa naik perahu kecil dan juga terbiasa dengan suasana laut, tapi seiring berjalannya waktu perlahan hal ini mulai teratasi karena keindahan tempatnya dan keakraban diantara kru dan pemain membuat semuanya perlahan sirna.

Kemudian masalah lain yang juga cukup mengganggu adalah persoalan cuaca. Seperti Kabut tebal yang bisa tiba-tiba muncul di pagi hari atau ombak yg cukup besar pada saat syuting di kapal membuat sutradara may ngga mau harus putar otak mencari cara supaya film ini bisa tetap selesai tepat waktu.

Kapal Goyang Kapten, salah satu jawabannya adalah karena memiliki tema yang unik. Yaitu mengangkat tema tentang pembajakan kapal. Tema ini unik karena biasanya film tentang pembajakan indentik dengan drama dan aksi, tapi kali ini coba dibungkus dengan ramuan drama dan komedi.

Selain itu film, ini juga memotret hal yang sering terjadi di masyarakat bahwa biasanya anak yang terlahir dari keluarga kaya atau mapan, rata-rata terbiasa hidup enak dan nyaman dari lahir sehingga cenderung tidak mandiri dan tidak bisa bekerja.

Permasalahannya bisa dari orang tua yang terlalu memanjakan anaknya dan takut untuk memberikan kepercayaan atau dari sisi anak yang memang sudah terbiasa hidup enak sehingga jadi manja.

Dalam film ini juga memperlihatkan kembali budaya gotong royong dan pentingnya saling bekerja sama. Pada saat menghadapi masalah dan bila dikerjakan secara bersama-sama maka masalah itu akan Iebih bisa terselesaikan dibandingkan dikerjakan sendiri, Epicentrum, Jakarta Selatan Senin, (26/08/2019).

Film ini berkisah dari tiga orang pembajak amatir yang mencoba untuk membajak kapal wisata yang sedang berlayar di Laut Maluku yang saat itu berisikan beberapa turis lokal dan seorang kapten kapal. Namun karena kebodohan para pembajak, mereka malah terjebak bersama dengan para penumpang dan kapten kapalnya dan pada akhimya malah terdampar dan terjebak di sebuah pulau kosong.

Pembajakkan kapal ini di latarbelakangi. oleh keadaan tiga tokohnya, Daniel yang diperankan oleh (Ge Pamungkas) yang ingin membuktikan kepada orang tuanya bahwa ia walaupun terlahir di keluarga kaya juga bisa mandiri dan bekerja. Cakka yang diperankan oleh (Muhadkly Acho) terpaksa mengambil langkah ini karena kondisi ibunya yang sakit dan butuh biaya, dan Bertus yang diperankan oleh (Mamat Alkatiri) adalah seorang pengangguran dan butuh uang.

Karena alasan-alasan ini. timbulah ide dari Bertus dan Cakka untuk membajak kapal. Daniel awalnya tidak tahu soal Pembajakan ini, ia sempat menolak setelah tahu pekerjaan yang mau mereka lakukan tapi pada akhimya ia pun ikut dalam pembajakan kapal tersebut.

Akibat kebodohan mereka sendiri, mereka justru kehilangan hasil rampokan dan malah terjebak di sebuah pulau kosong bersama sang kapten kapal yang bernama Kapten Gomgom yang diperankan oleh (Babe Cabita) beserta sembilan orang penumpang.

Perlawanan dari kubu sandera yang dimotori oleh Tiara yang diperankan oleh (Yuki Kato) dan tekanan psikologis dari para penumpang lain seperti keluarga Burhan yang terdiri dari Ayah (Arief Didu), lbu (Asri Welas) dan anak mereka (Romaria Simbolon), Sepasang suami istri yang sedang bulan madu, Darto (Yusril) dan Salma (Naomi Papilaya) den 3 orang mahasiswa yang sedang travelling bersama, Noni (Andi Anissa), Cika (Ryma Gembala) dan Agung (Ananta Rispo) membuat situasi semakin rumit.

Akankah mereka berhasil pulang ke tempat asalnya? Atau malah membusuk di pulau yang kosong dan tak bertuan? Film ini akan tayang pada 5 September 2019. (evelyne).

Pos terkait